Serang – Tidak ada bantahan bahwa The Beatles menjadi grup musik yang memberikan pengaruh terhadap perkembangan genre rock ke seluruh dunia. Band asal Liverpool, yang lagi-lagi tidak ada bantahan bahwa mayoritas penggemar musik tahu siapa legenda John Lennon, Paul McCartney, George Harrison, dan Ringo Starr. Pengaruh bermusiknya juga mengakar di Indonesia.
The Beatles merangkul aspek romantisme, realita sosial dan perlawanan terhadap penjajahan hingga anti-perang. Karya fenomenal berjudul ‘Imagine’ yang ditulis John Lennon adalah suara anti-peperangan dan kampanye perdamaian dunia.
Revolution 9 yang dirilis tahun 1968 lewat White Album dan Hey Jude, liriknya familier di telinga masyarakat Indonesia. Pada tahun 1963 The Beatles merilis album pertama Please-Please Me yang langsung meledak. Album ini mampu mengantarkan mereka pada popularitas sebagai band rock and roll papan atas dunia.
Dilansir dari Unpad.ac.id perkembangan music rock Indonesia dipengaruhi oleh grup band barat. Sebut saja The Beatles, Led Zeppelin, Rolling Stones, hingga Deep Purple jadi inspirator anak-anak muda di dekade 70-an untuk bermusik. Untuk The Beatles lagu yang akrab dan dicintai pemuda waktu itu misalnya ‘Let it Be’, ‘Yesterday’, ‘Hey Jude’, dan ‘Penny Lane’.
Namun, nasib malang menimpa maestro John Lennon. Ia ditembak mati penggemarnya sendiri di New York 1980. Peristiwa itu terjadi saat ia dan istrinya Yoko Ono pulang dari studio rekaman. Ia mengalami luka di punggung dan bahu.
Pelaku penembakan teridentifikasi bernama Mark Chapman. Dilansir dari berbagai sumber, Chapman marah kepada Lennon yang berkomentar tentang The Beatles lebih populer dibandingkan dengan Yesus. Tak hanya itu, Chapman juga mengakui tidak menyukai gaya hidup sang vokalis yang terbilang hedonis.
Dalam keteranganya di pengadilan, Chapman ternyata juga berniat membunuh personil The Beatles lainya, Paul McCartney dan Presiden Amerika Ronald Reagan.
Setelah melakukan pembunuhan, Chapman mengaku menyesal dan menganggap dirinya sudah bukan siapa-siapa lagi.
“Jawaban besar saya untuk semuanya. Aku tidak akan menjadi siapa-siapa lagi,” Kata Chapman.
Pengaruh di Indonesia
Koes bersaudara adalah salah satu band yang mengamini The Beatles sebagai inspirasi bermusik mereka. Pada era tersebut kalangan muda langsung bisa menikmati musik bergenre rock.
“Melalui pertunjukan music rock yang dihadiri oleh ribuan kepala manusia yang haus akan dentuman suara amplifier yang menggelegar, dan beat drum yang menghentak para grup musik banyak menunjukkan kemampuan ekspresinya,” tulis Unpad.
Amerika juga punya pengaruh terhadap perkembangan musik rock di Indonesia. Bunyi musik mayoritas cepat dengan mengutamakan gitar dan ketukan drum dengan tepukan cepat mudah dinikmati oleh warga Indonesia.
Perkembangan music rock ini juga dipengaruhi oleh situasi politik dalam negeri. Pada masa Orde Lama, musik rock sempat dilarang untuk diputar. Musik rock barat dinilai Presiden Soekarno sebagai imperialisme kebudayaan. Pada saat itu musik rock dianggap bertentangan dengan budaya Indonesia.
“Musik rock menghadapi persoalan nyata akibat dikeluarkannya Penetapan Presiden tersebut. Musik rock diberangus dan dianggap musik yang merusak budaya bangsa. Konsekuensi logis dari Penetapan Presiden tersebut, maka piringan-piringan hitam milik grup musik The Beatles, The Rolling Stone, The Shadows, dan lain-lainnya serentak dimusnahkan secara massal dan diberlakukan pelarangan impor bagi rekaman-rekaman musik dari Barat,” dalam laporan.
Larangan ini diperkuat dengan adanya Penetapan Presiden PP No. 11/1963 tentang Larangan Musik Ngak Ngik Ngok. Dasar peraturan itu ialah keresahan Soekarno tentang pengaruh musik barat terhadap budaya Indonesia.
Peraturan ini juga melarang pemutaran musik mereka di radio-radio, termasuk RRI. Tak hanya, aparat melakukan razia ke pemuda dan pemudi yang berpakaian ala kebarat-baratan.
“Pemuda berambut gondrong yang berpakaian dengan memakai model barat tidak luput menjadi korban razia para aparat berwenang,” di laporan itu.
Setelah sempat dilarang, Orde Baru kemudian kembali membuka ruang untuk music rock dan bertahan sampai sekarang. Kepemimpinan Soeharto, angkatan bersenjata atau ABRI saat itu memberi ruang panggung kreasi kepada musisi.
“Pada awal kekuasaannya, Soeharto mengerahkan tentara untuk membuat panggung-panggung hiburan populer. Korps Cadangan Strategis Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, pasukan tempur yang baru saja mengambil alih kekuasaan membuat “kompi” baru, yaitu Badan Koordinasi Seni atau disingkat BKS Kostrad”, tulisnya.
(Penulis: Aris Eka Arsana)