Kemenhan dan TNI mendapatkan anggaran sebesar Rp140 triliun serta Polri mendapatkan Rp 106 triliun. Menjadi dua lembaga yang mendapatkan anggaran besar di tengah isu efisiensi. Padahal rencana efisiensi itu katanya diperuntukkan untuk membiayai dua proyek besar Prabowo yakni Danantara dan Makan Bergizi Gratis (MBG).
Tidak seperti TNI dan Polri, Lembaga-Lembaga penting HAM dan demokrasi serta perlindungan dan layanan keadilan seperti Komnas HAM, Komisi Yudisial atau Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) akan melemah selama beberapa tahun ke depan karena anggaran yang cekak.
Redaktur Project Multatuli, Mawa Kresna menemukan adanya belanja besar-besaran dari instansi Polri dan TNI untuk busana atau yang dalam kutip menurutnya anggaran ‘fashion’. TNI menggunakan anggarannya sebesar Rp2,3 triliun untuk belanja itu sedangkan Polri menghabiskan Rp2,8 triliun.
Kresna menuturkan bahwasannya ia menemukan anggaran tersebut melalui laman Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Berdasarkan laman tersebut, Kresna menelisik adanya data perencanaan dan data pelaksanaan.
“Dari penelusuran ini dari (data) perencanaan itu yang terlihat menonjol itu justru di (anggaran untuk) pakaian dan aksesoris, loh ini ko gede banget,” tutur Kresna di kanal youtube Satu Visi Utama dalam program bincang ‘Buka Kartu’.
Polri menganggarkan sekitar Rp 2,8 triliun untuk sebuah pakaian beserta aksesoris. Diantaranya meliputi seragam, baju rompi, baju olahraga, celana, topi, sarung tangan, kaos kaki, Sepatu bahkan celana dalam.
Untuk sebuah item kacamata taktikal sejumlah Rp 97 miliar. Kemudian kacamata dibeli lewat e-katalog dari penyedia PT Diramoti Alam Perkara yang dibeli oleh Satuan Kerja Staf Logistik (Slog) Polri. Kacamata ini per-item ditaksir senilai Rp 1,5 juta.
Kresna juga menuturkan penemuannya di toko online dengan kacamata yang serupa, hanya dibanderol sekitar Rp 200 ribuan. Toko online yang ia temukan, juga menggunakan embel-embel ‘jatah polri’ dalam barang dagangannya.
Tidak hanya itu, Polri juga menganggarkan senilai Rp 70 miliar untuk sebuah tongkat baton. Melalui e-katalog ditemukan harga per-item tongkat ini senilai Rp 3,6 juta. Kresna juga mengemukakan temuannya di toko online bahwa tongkat ini dengan spek yang serupa, hanya dibanderol sekitar Rp 365 ribu.
“Ini tuh tongkat yang kalau mahasiswa demo, buat gebukin mahasiswa. Kalau kita bilang ini kemahalan, itu hampir 10 kali lipat,” tutur Kresna.
Di Kemenhan, anggaran serupa untuk kebutuhan busana juga cukup menghabiskan banyak anggaran. Tepatnya pada pendanaan seragam serta aksesoris TNI. Jas hujan Babinsa yang dianggarkan senilai Rp 49 miliar, yang mana ditelisik di e-katalog jas hujan ini hanya dibanderol sekitar Rp 370 ribu.
Lagi-lagi di toko online dengan spek yang serupa, hasil temuannya menemukan jas hujan ini hanya dibanderol Rp 134 ribu paling mahal. Kresna juga menuturkan bahwasannya ia menemukan data anggota Babinsa sebanyak 65.000 jiwa. Yang artinya ada sebanyak 134.545 buah jas hujan diperuntukkan bagi anggota Babinsa. Jika dihitung masing-masing mendapatkan jatah 2 jas hujan.
Kemudian TNI AU menganggarkan Rp 16,6 miliar demi sepasang sepatu Galaxy I yang sudah ada tulisan ‘TNI AU’ itu dihargai Rp1,5 juta. “Rakyatnya aja beli sepatu nggak pernah semahal ini,” ujar Kresna.
Kresna menyimpulkan efisien yang digelontorkan oleh Prabowo tidak selaras dengan anggaran yang sesuai untuk kedua lembaga tersebut yang digadang gadang anak kesayangannya. “Kalau dilihat di kementerian lain, yang esensial justru dipangkas tapi untuk lembaga ini justru nggak kena,” tambahnya.
(Nadira/Jurnalis Warga)